Perempuan itu meminta di telanjangi
Aku perkosa dia
Hingga terengah-engah
Kembali dia merapikan
Tak seperti yang silam
02 Mei 2011
Sore itu matahari tak lagi menunjukkan kesangarannya mungkin telah lelah karena perjalanan panjang, waktu terus menggiring kepangkalan senja, sejuk dan dingin mengelus-ngelus tubuh selaksa aku berada di gunung salju, aku bergegas mempercepat langka kaki menuju ruangan dimana tiap kali aku berteman dengan komputer, jari jemari terasa lelah bila aku mengitik sebuah cerpen yang panjang termuat di media yang aku kelolah bersama teman-teman.
Entah ada apa teman perenpuanku marrisa memanggil-manggil dari luar aku segera bangkit dari kursi kayu yang bertengger di di dpan komputer beranjak pergi menghampiri risa, aku tersentak kaget ketika dia menyodorkan selembar kertas yang kotor akan coretan polpennya,”ini apa?” tanyaku tak mengerti, lalu aku mengambil kertas itu dari tangannya,”itu puisi karyaku” dia menjelasakanmungkin agar aku pikiranku tak melambung jauh”aku minta tolong pada kamu DY agar puisi karyaku itu di telanjangi”dia menerusakan perkataannya dari jeda yang pertama, sunggu aku tak percaya pada apa yang ada di depanku, entah tadi malam hujan menceritakan kisah apa? Atau angin yang berhembus dari arah timur membawa tetesan keringat seniman pendahulu, aku tak mengediologikan dari sebuah perubahan, teman perempuanku yang hoby di bidang fisika dan tak perna menyukai karya sastra tiba-tiba membuat sebuah puisi”aku pusing bila membaca puisi” katanya dulu ketika aku menanyakan tentang puisi.
Kemudian aku buka lipatan kertas itu dan membaca puisi karyanya itu ”ah puisinya carut marut”aku membatin, seolah di tiap membahas suasana yang berbeda, tapi aku kira itu biasa karenadia pemula, aku menjelaskan tentang puisi dan karyanya itu.
Risa menulis puisi itu gampang bagi mereka yang berfikir gampang, segala sesuatu bagi mereka bisa di jadikan puisi , mungkin dalam hitungan menit suda dapat membuat puisi banyak puisi apapun bagi yang mereka lihat, yang mereka rasa dan ditulis dengan bentuk puisi dan dinubatkan sebagai puisi meski puisinya jelek toh kata Sutardji Calzoum Bachri tetap saja di sebut puisi, tapi harus di tanyakan trmasuk puisi yang mana? Apa puisi asal jadi?, apa puisi basih?, atau hanya sekedar corat-coret karena iseng, benci, mara, atau karena jatuh cinta , puisi atau kata-kata bukan ajang pelepas kegaulan atau kegayaan, puisi adalah sabda dan firman jiwa untuk diri sendiri dan orang banya.
Sesungguhnya menulis puisi itu tidak gampang seperti apa yang kita bayangkan, melainkan apa yang kita dengar, yang kita rasa dan di alami harus di kaji, di endapkan dan di renungkan secara mendalam. Penyair itu untuk melahirkan puisi harus melalui prosesd yang panjang, risa jika puisi itu di tulis bukan karena suatu kebutuhan akan menjadi puisi sejadi puisi yang bertahan lama, meski penulisnya (penyair) suda mati puisinya akan tetap hidup sampai seluru mahluk trpejam dan kemudian hidup lagi, tapi sangat di sayangkan bila ada penyair yang menulis puisi hanya karena kebutuhan belaka, aku yakin penyair yang seperti itu risa puisinya tidak akan bertahan lama, aku adi teringat dengan perkataan D. Zawawi Imran, ada penyir dan ada penulis , penyair adalah mereka yang bersunggu-sunggu dalam berpuisi, penulis adalah mereka yang menulis hanya untuk kesenangan belaka atau karena kebutuhan.
Risa, kamu terlalu mengekang kebebasan kata-kata dalam puisimu sehingga dalam setiap baitnya mencipta suasana baru yang nyambung dengan bait sebelumnya seperti pada bit ketiga dari puisimu bebeda dengan di atasnya kamu seolah ingin menceritakan kebahagioan pada bait pertama tapi pada bait ketiga kamu malah menceritakan kemarahan, risa biarkan kata-kata itu bebas dan menetukan nasibnya sendiri tak usa kamu mengekanguntuk menyampaikan pengertian karena kata adalah p[engertian itu sendiri, aku jadi teringat pada perkataan Sutardji Calzoum Backri”dalam penciptaan puisi saya, kata-kata saya biarkan bebas loncat-loncat dan menari di atas kertas, mabuk dan menelajangi dirinya sendiri”. Begitulah kata tadji. Maka jangan kamu bebankan pada kata-kata untuk menyampaikan pengertian.
Waktu semakin menggiring matahari pada mega, burung-burung terbang mundar-mandir mencari tempat sambil memberi isyarat pada kawanannya bahwa sebentara lagi malam akan melipat siang, aku segera mengkhiri semuanya karena risa harus pulang adan aku harus kembali pke ruangan itu”iya suda risa sampai disina saja, mengenai apauisi, kita bisa teruskan bespok karena matahari mulai petang” aku akhiri pertemuan itu “baiklah DY, makasih ya atas semuanya” sembari dia mengambil kertas yang kotor itu dari tanganku” sama-sama risa, eh risa kamu jangan behenti menuliseruslah menulis, jadikanlah menulis seperti amalan yang tak bisa di tinggalkanmeski puisi yang di tulis di nilai orang jelek tak perlu berduka atau frustasi terus saja menulis, tohada harai esok yang menanti untuk mencipta puisi yang lebih baik, iya suda risa sekarang kamuharus pulang karena hari semakin petang”aku tersenyum dari jedah pertemaun kata”baiklah DY aku pulang, sekali lagi terima kasih” aku menganggu dan kemudian risa membalikkan badannya dan beranja pergi dari hadapanku, akupun kembali keruangan itu, mengerjakan apa yang seharusnya aku kerjakan.
BERSAMBUNG
meret- april 2011
Ahdi popos
Post a Comment