photo blogkugif.gif
Headlines News :
Home » » Kapan Aku Bisa Membuat Mereka Tertawa..?

Kapan Aku Bisa Membuat Mereka Tertawa..?

Written By Ahdi Popos on Saturday, 12 May 2012 | 22:18

Sore, minggu menyedihkan anak-anak kecil yang berumah di pinggir jalan berlari-lari, tertawa sana-sini, kumal badannya adalah biasa mereka singgahi, tanpa baju rapi kerena hidup telah di jalani, menepis buih pada harapan untuk berbaju layaknya seusia mereka tak kunjung menghampiri

Ibu-bapaknya berkeliling mencari sampah orang-orang kaya yang tak perna melirik ataupun bertegur sapa meski risih dan tak level bagi kehidupan berkendara mobil dan berdasi ketika mengasah tong sampah dari
depan rumanya dan terus pinda dari tempat bauh basuk dan bakteri-bakteri bersemayam untuk menyerang, mereka ibu dan ayah anak-anak jalanan yang tak perna jenuh, jijik dan merasakan bauh bahkan itulah harum kehidupan untuk keluarga yang di kasihi

Di menit 30 pada jam 2 hujan telah mengizinkan air yang damai di kelopak mata anak-anak itu tumpah kebumi meski tak mengaramkan rumah-rumah, pedagang boneka keliling telah mengusik kedamaian mereka, memaksa turun anak-anak itu dari pohon kersen, ya pohon kersen adalah warung mereka untuk menepis lapar yang menyerang mereka berkali-kali, anak-anak itu mendekat dan meratap boneka-boneka lucu, hanya itu yang bisa mereka lakukan atau sekedar meraba, rasa ingin memiliki satu saja berayun-ayun di fikirannya, anak-anak seusia mereka ingin merasakan yang sama seperti anak-anak di rumah kaca itu, memiliki apa yang dia ingini, tapi sayang kehidupan berkata lain, akibat pemerintah tak kunjung bisa mengangkat mereka dari rumah yang mencekat, dingin dan bertembok tak bersih, kemana kekayaan negeri mengalir?, bukannya negeri ini kaya dan subur? Ah sungggu mereka tak punya hati, “rita” nama itu sempat aku dengar ketika temannya memanggil pas berebutan buah kersen, mungkin usia rita baru tuju tahun dia menetaskan air mata dan mencoba berdialog dengan pedagang boneka itu “pak kalau yang ini harganya berapa” katanya sambil meratapi boneka-boneka yang lucu itu, harapan terbang melambung di ayunan ayah punyak uang untuk membeli satu dari sekian boneka, matanya meratap ke satu boneka yang bermodel kucing, ya boneka kucing yang berwarna hitam dan putih, kemudian tukang jual boneka keliling itu melanjutkan espedisinya menjelaja pembeli, anak-anak kumal itu meratap hingga boneka-boneka lenyap di balik tembok “aku ingin memiliki boneka kucing yang berwarna hitam-putih” kata rita pada teman-temannya “aku lebih suka yang berwarna merah” kata temannya entah siapa namanya “ lucu-lucu ya” rita melempar tubuhnya ke pingggir jalan duduk termenung mencagak kepalanya dengan tangannya,



CERITA INI BELUM LENGKAP, MASIH DALAM PROSES, TUNGGUH SAMBUNGAN SELANJUTNYA,,,,
Share this post :

Post a Comment

 
| Home | Tentang Kami | Pasang Iklan
Copyright © 2011-2014. Ahdi Popos - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website
Proudly powered by Blogger