"aku
tungguh kamu di pelaminan" kata-kata yang di ungkapkan seorang gadis
berdarah jawa dan luar jawa, selalu teriang dalam denakku, tapi apa yang harus
aku perbuat, aku tidak punyak daya untuk itu,, memang ada kata-kata seperti ini
"cinta tidak butuh harta" tapi hal itu mustahil dalam kehidupan
nyata, pasti tuntutan akan nafaqoh harus di tunaikan,, "aku relah
menderita asalkan bersamamu" kata itu juga ada dalam perjalan
cinta, tapi sifatnya juga sementara mungkin hanya bertahan satu sampai dua minggu, selepas dari itu orang akan mengeluh kelaparan dan kesakitan, ajung-ujungnya akan menuntut nafaqoh, "aku relah mati kelaparan asalakan aku hidup bersamamu" begitupun juga sering aku dengar, apa mungkin semua orang benar-benar relah akan hal itu, benarkan dia sudah siap mati, bukannya orang berdo'a pada tuhannya agar hidup lebih panjang, itupun pada akhirnya akan memintah pertanggung jawaban kepada diriku, sebanarnya apa yang harus aku perbuat "aku harus menjahui dia" benarkah tindakan itu, apa tidak lari dari sebuah masalah, "aku memenuhi permintaannya" selepas setelah ijab dan qobul apa yang hurus aku berikan padanya, mas kawin/mahar pun aku masih ngak punyak, "agar aku tidak kelihatan pengecut di sosial, aku akhiri saja hidup ini" kayaknya pernyataan itu melanggar ketentuan tuhan yang mencipta manusia, aku berarti melanggar tuhan atau mendahului kehendak dan takdir tuhan mengenai kematian, pada ujung pemikiranku saat ini tak ada jawaban yang pas tentang hal itu? BANTU AKU MENEMBUS KELAMBU INI, AGAR SEMUA JADI BERAKHIR DENGAN BAIK DAN TIDAK ADA YANG TERSAKITI,, SALAM TO MY FREIND
cinta, tapi sifatnya juga sementara mungkin hanya bertahan satu sampai dua minggu, selepas dari itu orang akan mengeluh kelaparan dan kesakitan, ajung-ujungnya akan menuntut nafaqoh, "aku relah mati kelaparan asalakan aku hidup bersamamu" begitupun juga sering aku dengar, apa mungkin semua orang benar-benar relah akan hal itu, benarkan dia sudah siap mati, bukannya orang berdo'a pada tuhannya agar hidup lebih panjang, itupun pada akhirnya akan memintah pertanggung jawaban kepada diriku, sebanarnya apa yang harus aku perbuat "aku harus menjahui dia" benarkah tindakan itu, apa tidak lari dari sebuah masalah, "aku memenuhi permintaannya" selepas setelah ijab dan qobul apa yang hurus aku berikan padanya, mas kawin/mahar pun aku masih ngak punyak, "agar aku tidak kelihatan pengecut di sosial, aku akhiri saja hidup ini" kayaknya pernyataan itu melanggar ketentuan tuhan yang mencipta manusia, aku berarti melanggar tuhan atau mendahului kehendak dan takdir tuhan mengenai kematian, pada ujung pemikiranku saat ini tak ada jawaban yang pas tentang hal itu? BANTU AKU MENEMBUS KELAMBU INI, AGAR SEMUA JADI BERAKHIR DENGAN BAIK DAN TIDAK ADA YANG TERSAKITI,, SALAM TO MY FREIND
Post a Comment