photo blogkugif.gif
Headlines News :
Home » » Penuntasan Kasus Pelanggaran HAM Kian Menggelap

Penuntasan Kasus Pelanggaran HAM Kian Menggelap

Written By Unknown on Saturday 24 May 2014 | 10:46

Penuntasan Kasus Pelanggaran HAM Kian Menggelap
Ahdi Popos - Enam Belas tahun reformasi bergulir, Enam Belas tahun pula kasus pelanggaran HAM kian mengelam. Penguasa terus berganti, sampai dengan kini memasuki pemilahan Capres-Cawapres, menjabat tak satupun pelanggaran berat HAM menemui titik terang. Peristiwa 65, Talangsari, Tanjungpriok, 27 Juli 1996, Penculikan, Trisakti, Mei 1998, Semanggi I, Semanggi II tak tersentuh hukum dan keadilan., dan pamungkasnya adalah pembunuhan Munir, seorang yang selama ini bergiat mengadvokasi kasus-kasus tersebut.

Semunya menggelap karena digelapkan, Negara terus menggelapkan pelakunya, menggelapkan penanggungjawabnya, bahkan Negara menjadi pelaku impunitas terhadap kasus tersebut, dengan terus mengabaikan penuntasannya. Kemauan dan keberanian Capres-Cawpres Terpilih nanti Diharuskan mampu menjawab semua soal di atas, sebab peran kunci saat ini ada pada genggamanya. Enam Belas tahun para korban dan keluarga korban, dengan segala upaya dan daya telah artikulasikan segala asa, rasa, dan tuntutan pada setiap mereka yang berkuasa. Namun kebebalan Negara tak jua tersembuhkan.

Hari ini, kembali korban dan keluarga korban dengan segenap keyakinan akan kebenaran, dan keyakinan pada kesabaran, mendatangi dan berdiam di pusat simbol kekuasaan negeri ini “Istana Merdeka” bersama busana kedukaan dan kekelaman “hitam-hitam”, bersama payung hitam dan kenangan kedukaan “foto-foto korban”. Melakukan aksi diam, sebagai pertanda habisnya sudah segala artikulasi korban dan keluarga korban terhadap bebalnya penguasa negeri ini terhadap penuntasan kasus-kasus pelanggaran HAM.

Jika Negara berdiam, jika Negara mengelak, jika Negara terus mengabaikan, akankah kita diam? Akankah kita merunduk? Dan tak peduli atas segala dzalim penguasa negeri ini? Hari ini, kami segenap korban dan keluarga korban pelanggaran HAM, ingin menyentuh dan berbagi pada anda sekalian masyarakat Indonesia, bahwa Negeri ini tak pernah memberi keadilan bagi korban pelanggaran HAM. Senyum anda, kasih anda dan peduli anda adalah rasa terindah bagi perjuangan kami.

Catatan : Tulisan ini Di ambil Dari "Komisi Orang Hilang Dan Korban Tindak Kekerasan" (KontraS), tulisan telah kami Edit, seperti tulisan  " 1."Delapan tahun". Kami Edit Menjadi : Enam Belas tahun. 2."sampai dengan kini Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Kami Edit Menjadi : sampai dengan kini memasuki pemilahan Capres-Cawapres. 3. "SBY mestinya" Kami Edit Menjdi : keberanian Capres-Cawpres Terpilih nanti Diharuskan mampu menjawab.

Tulisan Asli Di KontraS
Penuntasan Kasus Pelanggaran HAM Kian Menggelap

Delapan tahun reformasi bergulir, delapan tahun pula kasus pelanggaran HAM kian mengelam. Penguasa terus berganti, sampai dengan kini Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjabat tak satupun pelanggaran berat HAM menemui titik terang. Peristiwa 65, Talangsari, Tanjungpriok, 27 Juli 1996, Penculikan, Trisakti, Mei 1998, Semanggi I, Semanggi II tak tersentuh hukum dan keadilan., dan pamungkasnya adalah pembunuhan Munir, seorang yang selama ini bergiat mengadvokasi kasus-kasus tersebut.

Semunya menggelap karena digelapkan, Negara terus menggelapkan pelakunya, menggelapkan penanggungjawabnya, bahkan Negara menjadi pelaku impunitas terhadap kasus tersebut, dengan terus mengabaikan penuntasannya. Kemauan dan keberanian SBY mestinya mampu menjawab semua soal di atas, sebab peran kunci saat ini ada pada genggamanya. Delapan tahun para korban dan keluarga korban, dengan segala upaya dan daya telah artikulasikan segala asa, rasa, dan tuntutan pada setiap mereka yang berkuasa. Namun kebebalan Negara tak jua tersembuhkan

Hari ini, kembali korban dan keluarga korban dengan segenap keyakinan akan kebenaran, dan keyakinan pada kesabaran, mendatangi dan berdiam di pusat simbol kekuasaan negeri ini “Istana Merdeka” bersama busana kedukaan dan kekelaman “hitam-hitam”, bersama payung hitam dan kenangan kedukaan “foto-foto korban”. Melakukan aksi diam, sebagai pertanda habisnya sudah segala artikulasi korban dan keluarga korban terhadap bebalnya penguasa negeri ini terhadap penuntasan kasus-kasus pelanggaran HAM.

Jika Negara berdiam, jika Negara mengelak, jika Negara terus mengabaikan, akankah kita diam? Akankah kita merunduk? Dan tak peduli atas segala dzalim penguasa negeri ini? Hari ini, kami segenap korban dan keluarga korban pelanggaran HAM, ingin menyentuh dan berbagi pada anda sekalian masyarakat Indonesia, bahwa Negeri ini tak pernah memberi keadilan bagi korban pelanggaran HAM. Senyum anda, kasih anda dan peduli anda adalah rasa terindah bagi perjuangan kami.

Jakarta, 25 Januari 2006
Jaringan Solidaritas Keluarga Korban (JSKK) dan siapapun yang peduli terhadap nilai kemanusiaan dan keadilan di negeri ini
Share this post :

Post a Comment

 
| Home | Tentang Kami | Pasang Iklan
Copyright © 2011-2014. Ahdi Popos - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website
Proudly powered by Blogger