photo blogkugif.gif
Headlines News :
Home » » Inilah Tanggapan Risma Soal Polemik Piala Socrates Award

Inilah Tanggapan Risma Soal Polemik Piala Socrates Award

Written By Unknown on Friday 9 May 2014 | 11:19

Inilah Tanggapan Risma Soal Polemik Piala Socrates Award
DokFoto: Tempo.co
Ahdi Popos - Surabaya , Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini mengaku risih terhadap polemik yang berkembang seputar penghargaan yang diterimanya dari Europe Business Assembly (EBA).

Dia tidak menyangka, pengakuan dari lembaga non-pemerintah yang berbasis di Inggris itu berbuah polemik.

Risma memang menerima piala dari EBA. Penghargaan itu diterimanya dari John WA Netting, CEO EBA dalam Socrates Awards Ceremony.

Namun, Risma, panggilan wali kota,  tidak mengerti detail nama dan kategori award yang diterimanya. Di sinilah awal masalah muncul.

Piala yang kemudian diarak keliling kota itu disebut sebagai Socrates Award.

Sebuah penghargaan  paling bergengsi produk lembaga non-pemerintah di Inggris tersebut.

Tepatnya yang diterima Risma sebenarnya adalah United Europe Award.

Berikut wawancara Harian Surya dengan Risma, Rabu (7/5/2014) malam.

Penghargaan yang ibu terima dari EBA menimbulkan polemik. Bagimana menurut ibu?
Saya sendiri juga heran. Dari awal saya sudah katakan kalau penghargaan itu untuk kota ini, untuk masyarakat Surabaya. Saya tidak tahu kalau ada pemberitaan terkait (polemik) penghargaan itu. Saya tahunya dari staf. Wong saya pikir sebenarnya penghargaan itu biasa saja.
Baca Juga : Risma : Tidak Dapat Penghargaan, Aku Rapopo 

Sebenarnya apa award yang ibu dapat?
Saya awalnya juga tidak tahu apa itu. Wong mereka (EBA) kirim undangan. Kita itu lho tidak meminta-minta (award). Mereka bilang, saya diundang untuk memberikan presentasi tentang kemajuan kota Surabaya. Ya yang saya siapkan itu. Saya mau jualan, menjual Surabaya kepada dunia.

Kategori penghargaan itu ternyata bukan Socrates Award, itu bagaimana?

Begini ya. Saya diundang untuk presentasi dengan beberapa wali kota dari negara lain. Terus saya tanya ke staf, apakah sudah pasti kita menang ini. Kalau tidak ada jaminan menang, buat apa saya berangkat. Kok seperti tidak ada pekerjaan saja. Ya di sana saya memang dapat penghargaan itu.
Untuk kategori apa, saya tahunya dari Don (Don Rosano, mantan staf ahli wali kota) kalau Pak Netting (Director General EBA John WA Netting) menyebut  kita ini termasuk kota yang memiliki inovasi masa depan. Jadi sebelum saya presentasi, mereka sudah menilai saya.
Ini seperti Lee Kwan Yew Award Juli nanti di Singapura. Saya diundang untuk presentasi dan jadi pembicara. Sebenarnya saya tidak mau kalau tidak dipastikan menang. Tapi katanya mau jualan Surabaya, lha kok tidak datang. Itu lho tiba-tiba mereka masukkan kita di lima besar.
Begitu juga untuk penghargaan Citynet. Saya juga tidak tahu. Tiba-tiba yang dianggap juara.
Saya tidak punya ambisi apa-apa. Untuk apa saya jadi wali kota. Saya dibelah berani (Risma sembari menunjuk dadanya dengan telunjuk). Di tembak di depan saya, dikasih pistol saya berani.

Ada yang menganggap penghargaan itu untuk pencitraan pribadi ibu. Bagaimana tanggapan ibu?
Tidak ada niatan itu, demi Allah. Untuk apa saya cari itu (penghargaan). Saya hanya ingin menolong anak-anak miskin di Surabaya agar bisa berprestasi. Saya hanya ingin memperkenalkan Surabaya kepada bule­-bule di sana (Inggris).Diambil pun jabatan saya rela, nggak ada yang saya pertahankan.
Saya ingin menunjukkan ke orang Surabaya agar jangan pasrah. Orang-orang miskin bisa termotivasi dan bisa bangkit. Karena di lapangan, membangkitkan semangat orang itu sulitnya bukan main. Cuma dengan kata-kata saja akan sulit. Motivasi ini tentu target akhirnya masyarakat bisa terpacu untuk maju dan sejahtera.
Jadi nggak ada, terus saya bangga atau apa. Itu sudah selesai. Karena bagi saya, kalau mengingat-ingat ini (penghargaan), saya jadi orang sombong dan tidak akan pernah maju. Saya tidak masalah tidak dapat penghargaan, karena tidak dibawa mati.
Saya cuma ingin menunjukkan warga Surabaya kalau mereka bisa lebih baik dari bule-bule yang selama ini mereka anggap lebih pintar. Sampe saya sering bilang ke orang-orang, kamu kalau ketemu bule jangan menunduk.

Gara-gara beda piala antara yang diterima dengan yang dirilis di Surabaya, piala ini jadi polemik. Tanggapan ibu?
Aku kapok wis nampa penghargaan maneh. Aku lho rapopo Mas, gak dapat penghargaan. (Aku kapok menerima penghargaan seperti ini lagi). Saya mau fokus kerja saja. Aku lho tidak apa-apa tidak dapat penghargaan. Saya sering kok nolak-nolak penghargaan.

Penghargaan apa itu bu?

Ada beberapa waktu lalu kita tiba-tiba dinyatakan sebagai satu dari sekian kandidat wali kota terbaik dunia oleh City Mayor of the World. Saya ndak tahu kenapa mereka memasukkan nama saya. Tapi saya tolak karena harus kirim SMS seperti  (ajang) idol itu lho. Voting. Ya saya emoh. Nyapo (ngapaain) aku kirim SMS. Begitu juga untuk Socrates Award ini. Kita lho dapat undangan. Kita ndak ngoyol-ngoyol daftar. (idl/ben)

Editor : Tim Redaksi
Share this post :

Post a Comment

 
| Home | Tentang Kami | Pasang Iklan
Copyright © 2011-2014. Ahdi Popos - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website
Proudly powered by Blogger