Ahdi popos- TEHERAN, Seorang perempuan Iran, Ghoncheh Ghavami, harus mendekam dalam tahanan selama satu tahun setelah Pengadilan di Kota Teheran, Iran, memutus ia bersalah atas tudingan menyebarkan propaganda anti-rezim.
Menurut pengacaranya, Alizadeh Tabatabaie, perempuan 25 tahun yang memiliki darah Inggris ini ditangkap polisi setelah mencoba menonton pertandingan voli laki-laki, antara Tim Nasional Iran melawan Italia, 20 Juni 2014 lalu.
Pemerintah Iran memberlakukan larangan perempuan menonton pertandingan olahraga yang dilakukan oleh laki-laki. Bola voli resmi dilarang untuk perempuan pada tahun 2012, sedangkan stasion-stadion sepakbola tertutup bagi kaum hawa sejak 10 tahun sebelumnya.
Pihak berwenang di negeri ini menyatakan, pelarangan diberlakukan untuk kebaikan. Bahwa perempuan membutuhkan perlindungan dari perilaku cabul penggemar laki-laki.
Juru Bicara Kantor Kementerian Luar Negeri Inggris menyampaikan keprihatinan mereka. "Ms Ghavani henfak menyuarakan hati nurani dan menyuarakan pembebasan terhadap hak. Kami memiliki kekhawatiran tentang alasan atas penuntutan ini, proses hukum selama persidangan, dan kondisi fisik serta mental Ms Ghavami," katanya seperti dikutip BBC, Minggu (2/11/14 ) pagi waktu London.
Lebih 700.000 orang di Iran telah menandatangani petisi online yang mendesak pihak berwenang di Iran membebaskan perempuan lulusan University of School of African dan Oriental Studies London ini.
Ghavani sebenarnya sempat dibebaskan. Menurut pengacaranya, sebelum dikeluarkan dari tahanan, ia dan sejumlah aktivis perempuan lain sempat diinterogasi secara ketat dan bahkan dipukul. Setelah dibebaskan, Ghavani melakukan sejumlah pertemuan dan wawancara dengan media. Aktivitas inilah yang membuatnya kembali ditahan, lantas diseret ke pengadilan dan dijatuhi hukuman. Di dalam tahanan Ghavani juga melakukan perlawanan dengan jalan mogok makan selama kurang lebih satu pekan.
Menurut pengacaranya, Alizadeh Tabatabaie, perempuan 25 tahun yang memiliki darah Inggris ini ditangkap polisi setelah mencoba menonton pertandingan voli laki-laki, antara Tim Nasional Iran melawan Italia, 20 Juni 2014 lalu.
Pemerintah Iran memberlakukan larangan perempuan menonton pertandingan olahraga yang dilakukan oleh laki-laki. Bola voli resmi dilarang untuk perempuan pada tahun 2012, sedangkan stasion-stadion sepakbola tertutup bagi kaum hawa sejak 10 tahun sebelumnya.
Pihak berwenang di negeri ini menyatakan, pelarangan diberlakukan untuk kebaikan. Bahwa perempuan membutuhkan perlindungan dari perilaku cabul penggemar laki-laki.
Juru Bicara Kantor Kementerian Luar Negeri Inggris menyampaikan keprihatinan mereka. "Ms Ghavani henfak menyuarakan hati nurani dan menyuarakan pembebasan terhadap hak. Kami memiliki kekhawatiran tentang alasan atas penuntutan ini, proses hukum selama persidangan, dan kondisi fisik serta mental Ms Ghavami," katanya seperti dikutip BBC, Minggu (2/11/14 ) pagi waktu London.
Lebih 700.000 orang di Iran telah menandatangani petisi online yang mendesak pihak berwenang di Iran membebaskan perempuan lulusan University of School of African dan Oriental Studies London ini.
Ghavani sebenarnya sempat dibebaskan. Menurut pengacaranya, sebelum dikeluarkan dari tahanan, ia dan sejumlah aktivis perempuan lain sempat diinterogasi secara ketat dan bahkan dipukul. Setelah dibebaskan, Ghavani melakukan sejumlah pertemuan dan wawancara dengan media. Aktivitas inilah yang membuatnya kembali ditahan, lantas diseret ke pengadilan dan dijatuhi hukuman. Di dalam tahanan Ghavani juga melakukan perlawanan dengan jalan mogok makan selama kurang lebih satu pekan.
Sumber : Islamtoleran.com
Post a Comment