Ahdi Popos - [JAKARTA] Salah satu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Abdul Wahab Hasbullah akhirnya dianugerahi gelar pahlawan nasional oleh Presiden RI Joko WIdodo (Jokowi) beberapa waktu lalu.
Selain seorang pemimpin dan tokoh nasonal, rupanya pria kelahiran Jombang, 31 Maret 1888 itu juga sangat peduli dan perhatian kepada anak-anaknya. Hal itu diungkpakan Mafudho, anak pertama Abdul Wahab.
Mafudho bahkan masih mengingat masa kecilnya ketika Dia diajarkan ayahnya mengambil air wudhu untuk shalat.
Dia mengatakan, sang ayah selalu semangat memberikan dasar pengetahuan baik agama maupun pengetahuan nasional kepada setiap anaknya.
"Cintanya kepada keluarganya itu, kami selalu diberikan motivasi selalu didorong, dididik, diarahkan sampai cara wudhu, sampai ibadah-ibadah yang lain dipraktekkan" kata Mafudho.
Sore itu, sekitar pukul 16.30 WIB, keluarga dari KH Abdul Hasim tengah berkumpul di sebuah rumah yang terletak di Jalan Tanjung, nomor 47, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat, (7/11/2014).
Pada pertemuan itu, pihak keluarga memberikan tanda terima kasih dengan menyerahkan pelakat stinggi 10X15 CM kepada Agung Laksono selaku inisator pengusul atas gelar kepahlawanan.
Hadir juga pada kesempatan itu para keluarga, di antaranya anak ke dua KH Abdul Wahab, yaitu Munjidah Wahab yang juga selaku Wakil Bupati Jombang, menggunakan baju putih, dengan tampilan jilbab warna coklat, dan para akademi Universitas Nasional.
Mafudho yang menggunakan pakaian warna putih dengan jilbab warna hijau menyebutkan, bahwa ayahnya itu merupakan tipe orang yang periang.
Selain itu, segala sesuatu tidak pernah diperintahkan apa kemauan jalan pemikiran anaknya, tetapi justru beliau mendorong, memberikan arahan, dan bimbingan.
Ia pun menyebutkan, makanan kesukaan ayahnya adalah sate gule, dan pecel. Makanan itu dimasak sendiri oleh Abdul Wahab.
Mewakili keluarganya, Dia sangat beryukur dan bangga memiliki orang tua yang mempunyai kecintaan kepada agama, dan bangsa negara yang sangat tinggi.
"Kami sebagai keluarga merasa bersyukur kepada Allah dan merasa bangga, karena mempunyai orang tua yang cinta kepada bangsa negara dan agama sangat tinggi
Pada Jumat (7/11) di Istana Negara, Presiden Joko Widodo yang didampingi Ibu Negara Iriana Jokowi, Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Mufidah Kalla.
Hadir sejumlah menteri di antaranya Mensesneg, Mendagri, dan Mensos dan Menkominfo. Menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada KH Abdul Wahab Hasbullah.
Ke tiga pejuang lainnya yakni Letjen TNI (Purn) Djamin Ginting asal Sumatera Utara, Sukarni Kartodiwerjo asal Jawa Timur, Mayjen TKR H. R. Mohammad Mangundiprojo asal Jawa Tengah.
Pemberian gelar pahlawan nasional kepada empat tokoh perjuangan ini tertulis dalam keputusan presiden Nomor 115/PK tahun 2014.
Menurut Mafudho, dengan adanya pemberian gelar itu menjadikan motivasi keluarganya untuk meneruskan rintisan perjuangan serta mempertahan yang ayahnya lakukan.
Meskipun Dia merasa belum bisa membalas segala kebaikan yang diberikan sang ayah. "Ini kebanggaan kita," ucapnya.
"Ayah saya ini sosok seorang pemmpin. Seorang tokoh nasional, dan beliau sosok yang tiada hari selalu berjuang. Dan sebetulnya dengan adanya NU itu beliau lah adalah penggerak dan pendiri NU, dari kampung ke kampung, desa ke desa.
"Memang beliau itu tanpa hari tanpa ada pergerakan, tanpa hari ada pemikiran,"lanjutnya.
Mantan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Agung laksono merupakan insiator atas pengusulan gelar pahlawan nasional KH Abdul Wahab Hasbullah.
Agung menilai, peran dan kemampuan Abdul Wahab dalam memperjuangkan agama melebihi dari tugas dan tanggun jawab sebagai warga negara biasa.
Menurutnya, Abdul Wahab merupakan seorang tokoh pesantren agama islam namun pergaulan dan pemikirannya sangat luas. Menurutnya, pandangan Abdul Wahab dapat menjadi panutan masyarakat dalam mengedepankan kebangsaan.
Menurutnya, pandangan-pandangan beliau dapat menjadi panutan bagi masyarakat untuk lebih mengedepankan kebangsaan. Karena perhatiannya beliau bukan hanya pada sektor agama, tetapi pendidikan dan lainnya.
"Saya juga melihat sejarah perjalanan beliau, sudah tergambar bahwa kepedulian beliau kepada kenegaraan sangat besar. Itulah menurut saya sangat tepat,” kata Agung.
Dia menjelaskan, semua proses pengusulan untuk ditetapkan Abdul Wahab sebagai gelar pahlawan nasional sudah dilakukan sesuai aturan dan prosedur yang berlaku.
Prosedur dilaksanakan antara lain, seperti seminar-seminar, diskusi, dan ivent menggambarkan riwayat perjalanan beliau. Dikatakan, Abdul Wahab tengah mendapatkan pengakuan-pengakuan atas jasa-jasanya.
"Timnya cukup banyak. Tim yang dari pemerintah dan tim yang dari keluarga. Dari yang dari pemerintah itu bermacam-macam lintas sektor. Di luar itu juga ada para kalangan akademisi, para pakar-pakar guna menjadikna sutau keputusan ini ditinjau dari berbagai aspek, jadi sangat bisa dipertangung jawabkan," terangnya.
Dia pun berharap, semoga dengan gelar sebagai pahlawan nasional, dapat diwariskan ke generasi berikutnya. Baik para santri maupun generasi muda seluruh rakyat Indonesia.
"Kami apresiasi kepada pemerintah yang telah menganugerahkan pahlawan nasional. Kepada keluarganya saya ucapkan selamat, semoga kiranya ini bisa menjadi dorongan moril untuk meneruskan cita-cita beliau," tandasnya.
Ketua Tim Pengkaji dan Pengusul Gelar Daerah (PPGD)Ganjar Razuni mengatakan, pihaknya tengah mengandeng Pusat Kajian Sosial Politik Fisip Universitas Nasional.
Dari kalangan akademisi bersama dirinya di antaranya adalah Adilita Pramanti, dan Safrizal Rambey. Selain itu pihaknya juga bekerja sama dengan pemerintah Kabupaten Jombang, para praktisi yaitu keluarga Abdul Wahab, dan dari tokoh agama PBNU, Ky As'ad Said Ali sebagai wakil ketua umum PBNU.
Ganjar menuturkan, pihaknya mulai bekerja sejak akhir bulan April 2014, meliputi proses administrasi, birokrasi, dan proses politik.
Mulai dari kabupaten, provinsi hingga pemerintah pusat, seperti Kementerian Sosial, Kemenko Kesra, dan akhirnya Sekneg dan sampai ke tangan presiden.
Pun berbagai kegiatan yang mereka lakukan di antaranya penelitian, seminar nasional, diskusi dalam pertemuan-pertemuan serta mendapat dukungan dan masukan tokoh-tokoh termasuk tokoh agama.
“Semuanya itu kami lalui. Dengan izin Allah semua terjadi dengan relatif waktu yang cukup singkat. Alhamdulliah tanggal 7 November ini bapak Presiden Indonesia, bapak Jokowi sudah menganugerahkan itu,” kata Ganjar.
Diceritakan, awal keterlibatannya dalam tim PPGD, karena dirinya juga seorang pengagum Abdul Wahab.
Dia yang juga Mantan Staf Khusus Menko Kesra Bidang Sosial Politik dan Sosial Budaya itu pun mengaku bangga bisa mengusulkan dan mengurusi tokoh NU idolanya itu mendapat gelar pahlawan nasional.
“Saya kebetulan putra Jombang. Dan saya staf khusus pak Agung Lakosno, poksinya cocok yasudah kami kerjakan, sesuai dengan uu, sesuai dengan pp, sesuai dengan peraturan menteri. Hasilnya kan positif,” imbuhnya.
Dia mengungkapkan, segala operasional anggaran ditanggung oleh APBD pemerintah Jombang.
Disebutkan, bahwa pengusulan nama KH Abdul Wahab Hasbullah sudah pernah dilakukan sebagai pahlawan nasional sebenrnya sejak tahun 1983. Namun tak kunjung terlaksana karena wacana tersebut timbul tenggelam.
“Ini pengusulan Kh Wahab ini kalau melihat sejarahnya, sebetulnya sudah pernah dilakukan sejak tahun 1983. Jadi muncul kemudian hilang. Tapi barulah diera pak Agung ini cukup menggeliat dan kami membantu proses itu,” tuturnya.
Menurutnya, Abdul Wahab merupakan salah satu perintis kemerdekaan yang secara nyata melakukan perlawanan fisik kepada pemerintah Belanda. "Waktu itu yang disebut dengan komite jihad. Dibelakang hari melahirkan perisitwa 10 November," ucapnya.
Dia juga menyebutkan, beliau merupakan salah satu penggerak penting pendiri NU yang melakukan kontribusi sosok cultural sebagai basis sosial NKRI membentuk paham kebangsaan Indonesia
KH Abdul Wahab Chasbullah berperan merumuskan revolusi jihad sebagai dukungan terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Ia meningkatkan dukungan NU kepada Pemerintah Indonesia dalam melawan Belanda. Dukungan KH Wahab dan ulama NU sangat penting meningkatkan moral perjuangan rakyat.
KH. Abdul Wahab Hasbulloh merupakan bapak Pendiri NU Selain itu juga pernah menjadi Panglima Laskar Mujahidin (Hizbullah) ketika melawan penjajah Jepang.
Ia juga tercatat sebagai anggota DPA bersama Ki Hajar Dewantoro. Tahun 1914 mendirikan kursus bernama “Tashwirul Afkar”.
Ayah KH Abdul Wahab Hasbullah adalah KH Hasbulloh Said, Pengasuh Pesantren Tambakberas Jombang Jawa Timur, sedangkan Ibundanya bernama Nyai Latifah. dan mempunyai cicit bernama Rizky Fadlullah
Editor: Hoirul