photo blogkugif.gif
Headlines News :
Home » » Di Pelabuhan Perak Lautan Jadi Pelangia

Di Pelabuhan Perak Lautan Jadi Pelangia

Written By Ahdi Popos on Tuesday 20 December 2011 | 04:15


            Flowing love in my heart as snow, kata-kata yang sering Anwar ucapkan ketika bertemu dengan kekasihnya di taman pelangi, entah kenapa dia sering berkata begitu? sempat aku bertanya kenapa kau selalu berkata seperti itu war, jawaban mengalir dari mulutnya basah dengan memuja kekasihnya yang tak pernah selingku, “karena kekasihku sangat setia padaku” begitulah ucapannya seraya memandangi air yang mengalir berhiaskan lampu berwarna-warni, aku tersenyum kecut melihat aura wajah Anwar yang ceria, beberapa menit kemudia seorang gadis menampakkan diri dari balik pohon, dia menghampiri kami yang sedang duduk meratapi lalu-lalang orang-orang yang bermalam mingguan” hai sayang maaf ya aku telat karena tadi jalan macet” “ah ini toh kekasih Anwar”, gumamku dalam hati, “ya gak apa-apa kok sayang” kata Anwar lalu dia berdiri dan mencium kening kekasihnya, sungguh  sebuah adegan  yang romantis, “ DY aku jalan-jalan dulu ya” Anwar pamit padaku “ okey” jawabku tenang, kemudian dia beranjak pergi dari hadapanku, tak jauh dari tempat dudukku Anwar menoleh padaku dan berkata dengan nyaring hingga orang-orang yang ada di taman itu sorotan matanya tertuju pada tubuh Anwar dan kekasihnya “ flowing love in my heart as snow” “ah kau war-war ada-ada aja”, aku membatin,
            Udah satu jam entah kemana mereka pergi, aku sudah bosan menunggu mereka di tempat ini, aku memutuskan untuk beranjak pergi dari taman pelangi, biarlah Anwar pulang sendiri ke rumah kost, aku beranjak hendak menyebrang jalan raya, tibah-tibah suara yang has di telingaku memanggil dari belakang hingga aku harus mengentikan langkah kakiku, “kamu mau kemana Dy” kata Anwar di balik punggungku “aku mau pulang war capek besok aku ada kulia, kamu masih lama nggak kencannya ama cewekmu itu” kataku sambil membalikkan badan “tidak kok dia udah mau pulang Dy”, oh iya, kamu kan belum kenalan ama cewekku Dy, udah kenalan dulu” Anwar menghadap ke arah di mana gadis cantik yang sering di puja-puja oleh Anwar “ sayang ayo sini, kenalin ini Ahdi teman kuliaku” kami jabatan tangan sembari dia memperkenalkan dirinya “ aku Dina amilia” katanya, senyum hasnya menyungging dari mulutnya yang manis itu, “iya udah sayang aku pulang dulu ya” Dina pamitan pada pria yang sering memuja dirinya” iya sayang, hati-hati di jalan, jangan kebutan-kebutan kalau mengendarai mobil kamu tau kan kalo di kota ini sering macet”, iya pangeranku” Dina berkata centil, kemudian menyambar pipi Anwar “ wah aku hanya menjadi penonton dari kebanyakan orang-oang yang saling berciuman” jiwakuk membatin
            Lalu kami sepakat untak pulang kerumah kost kami dengan berjalan kaki, “war emangnya kamu kenal dimana dengan gadis itu sih” aku bertanya penasaran, ceritanya begini Dy, dulu ketika aku pulang ke kampung halamanku, aku ketemu dengan Dina di pelabuhan, waktu itu aku hendak turun dari bus yang aku tunggangi untuk membeli makanan ringan di atas kapal, secara tidak sengaja aku tabrakan dengan dia, minuman yang aku bawah itu tumpah kebajunya ya meski tidak basah semua hanya sedikit dari baju yang indah itu basah, waktu itu dia bilang gini padaku “ mas ngak lahat ya kalau ada orang” auara wajahnya ganas seperti singa yang sedang memangsa buruannya,” maaf mbak aku ngak sengaja”, “ ngak sengaja gimana sih mas, lihat bajuku basah neh, kotor lagi” nada bicaranya seperti petis yang menyambar pepohonan di padang gurun” iya udah mbak saya bersihkan hingga bersih” aku mengalah karena memang aku yang salah, setelah beberapa menet akhirnya baju dina bersih dan mulai mengering terbawa angin di lautan, setelah amarahnya mulai susut aku mencoba menghampirinya, mbak aku minta maaf ya soal yang tadi, aku ngak sengaja, kau tidak akan percaya Dy, yang tadinya suaranya seperti petir, tiba-tiba menjadi lembut penuh keibuan, “ iya mas aku maafkan dan aku minta maaf juga tadi aku telah membentak-bentak mas” suaranya mengayun indak di telingaku Dy, disanalah aku mengenal dina,
            Entah kenapa dan bagaimana kami berdua jadi akrap, sering smssan, telfaon-telfonan, hingga setiap aku bertemu dengan dina di taman pelangi, seakan ada yang aneh dengan perasaanku
            Pada malam minggu beberpa bulan yang telah lenyap aku mengungkapkan perasaanku padanya, sesungguhnya aku takut untuk mengatakan isi hatiku pada dina karena aku sadar bahwa aku hayalah orang miskin yang tak punya apa-apa, berkulia dengan mengandalkan biasiswa, tapi tiba-tiba jiwaku terdorong dengan pepatah yang mengatakan begini “cinta tak perna memandang stutus, harta, golongan dan dll” karena pepatah itulah aku berani mengatakan isi hatiku pada dina, kamu tau ngak Dy, ketika aku akan mengatakan perasaan itu, tubuhku jadi dingin seperti ada di benua bersalju, tanganku gemeteran, kiringat dingin mengucur di seluru lapangan tubuhku mengalir deras, tapi aku harus mengatakan semua yang aku rasakan, biar semua jadi pasti, pertama aku pegang tangannya entah kenapa dia diam dan tangannya gemetar juga, mungkin pada waktu itu sugesti hati di terima dengan hatinya, aku lama sekali untuk mengelurkan perasaanku itu pada dina, tapi akhirnya kata-kata itu keluar bebas dari mulutku, kamu tau Dy apa yang dia ucapkan pertama kali padaku, “aku tidak mencintaimu war” tiba-tiba penglihatanku jadi buram, rasa malu menyelimuti wajahku, dina berbisik padaku dengan lembut “aku juga mencintaimu war dan aku tak mencintai anwar lain selain kamu” jantungku berdetak tidak seperti biasanya, berdebar-debar Dy, reflek, aku memeluk dina dengan tanpa sadar, diapun membalasnya hingga bermanit-menit aku baru sadar, pada malam itulah awal dari hubungan kita hingga sekarang Dy.
            Begitulah cerita anwar mengenai hubangannya dengan dina amilia, wanita yang sangat anwar cintai dan sering di sanjungnya dengan kata-kata alah barat, Flowing love in my heart as snow, dan kalian para pembaca, apa yang terjadi selanjutnya pada mereka berdua insan dengan status keturunan yang berbeda, budaya yang berbeda, kehidupan yang berbeda, sekarang mereka akan melangsungkan pernikahan yang besar-besaran, tentuk bukan di rumah anwar tapi di rumah dina amilia di kota metropolitan Surabaya, mereka berdua sudah menyelesaikan kuliahnya dan akan merintis sebuah bisnis toko buku plus perpustakan umum dan kehidupan yang baru, sebuah rumah tangga yang ramai dengan cerita, tawah, tangisan dari sang buah hati.

Surabaya
08 Desember 2011
Share this post :

Post a Comment

 
| Home | Tentang Kami | Pasang Iklan
Copyright © 2011-2014. Ahdi Popos - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website
Proudly powered by Blogger